Jangan Sepelekan Hal Kecil

Para pembaca dan peminat Kolom Ayo Berwirausaha yth,
Saya berusaha untuk selalu bisa menyempatkan diri berkunjung ke salah satu tempat usaha atau bisnis yang kini banyak bermunculan dan beberapa kali ditanyakan oleh Anda sekalian. Buat saya, kunjungan ini penting karena saya bisa belajar banyak dari mereka dan tentu saja akan menjadi 'oleh-oleh' berupa ulasan-ulasan yang semoga saja bermanfaat buat Anda.

Beberapa waktu yang lalu, untuk mengisi perut yang sudah kosong di siang hari yang panas, saya datang ke sebuah warung bakmi. Kenapa warung bakmi ini yang saya pilih? Ya, dari pengamatan saya beberapa kali, warung bakmi ini tampak agresif membuka cabangnya di mana-mana. Yang saya kunjungi adalah cabangnya yang keduapuluh sekian barangkali.

Dari menunya, tampaknya standar saja untuk sebuah warung bakmi. Tidak ada yang membuat saya tiba-tiba ingin mencoba menu yang baru. Setelah memesan baru saya amati sekeliling. Memang ruangan yang disediakan cukup besar dan terbuka, meski begitu masih terasa panas walau letaknya di pinggir jalan raya yang ramai.

Kalau saja ada kipas angin, mungkin sedikit nyaman bagi saya menunggu pesanan makanan datang. Semuanya lancar-lancar saja hingga mata saya tertuju pada tempat sendok-garpu dan sumpit yang ada di atas meja saya. Uppss! Berdebu! Hilang deh selera. 'Ilfil' alias ilang feeling kata anak muda sekarang.

Begitu makanan disajikan, saya segera mulai menyantapnya. Namun, kembali saya terganggu dengan lalat-lalat yang berterbangan di sekitar makanan dan gelas minuman, dan benar-benar hilanglah selera makan saya. Inilah catatan atau oleh-oleh untuk Anda.

Memang kelihatannya sepele, tempat sendok berdebu. Tapi, adakah dampaknya bagi penjualan? Anda tentu bisa menebak, bukan? Siapa yang mau kembali lagi kalau penjual tidak bisa menjaga kebersihan? Hal-hal kecil seperti contoh ini sering kali diabaikan oleh pemilik bisnis. Kita bisa mengambil contoh yang lain, yang sering juga kita temui, seperti ada sehelai rambut di antara makanan atau minuman kita, ada kerikil kecil di bubur kacang ijo kita, wastafel yang kotor, atau bahkan gelas atau piring yang digunakan sudah retak.

Bukan hanya di bisnis makanan, buat kita yang berbisnis di bidang jasa atau bidang yang lainnya pun juga perlu memperhatikan hal-hal yang kita anggap sepele dan kecil. Apalagi ya? Coba Anda sebutkan. Oh, ya, asbak penuh di mana-mana, tempat sampah yang tidak disediakan, atau lainnya.

Saya acap kali singgah di salah satu gedung di dekat patung Pak Tani, Menteng, Jakarta Pusat, tempat saya mengenyam pendidikan hampir lima tahun yang lalu. Hingga kini yang membuat saya kagum adalah kamar kecil (rest room)-nya yang selalu bersih. Kebersihan ini membuat saya nyaman dan memberikan kesan yang baik bagi institusi ini.

Adakah hal lain yang sepele selain bentuk-bentuk fisik yang kelihatan (tangible)? O... ada juga. Bentuk-bentuk yang tidak kelihatan (intangible) yang boleh kita sebut sepele tetapi penting. Misalnya, sapaan atau ucapan selamat datang. Kata-kata 'Selamat datang,' 'Ada yang bisa dibantu?', 'Sudah pesan minuman?' dan di saat meninggalkan tempat ada sapaan 'Silakan berkunjung lagi' adalah salah satu bentuk pelayanan atau servis yang intangible. Ini wujud dari kepedulian dan keramahan. Cobalah Anda rasakan bedanya.

Sebetulnya apa yang hendak kita sampaikan kepada pelanggan dengan tidak menyepelekan hal kecil? Apa yang bisa diakibatkan kalau kita tidak memperhatikan hal-hal kecil? Contoh kecil di atas bisa menjadi refleksi kita bagaimana hal yang kita anggap sepele mempengaruhi bisnis atau usaha kita.

Mungkin ada sebagian kita berpendapat, kecil pengaruhnya, atau konsumennya saja yang terlalu sensitif. Tetapi, konsumen yang seperti ini adalah orang-orang yang sangat perhatian, sekaligus juga umumnya orang-orang yang bisa merekomendasikan konsumen lain untuk menggunakan produk atau jasa kita. Orang ini cenderung untuk membagi informasi yang dia dapatkan untuk sekadar disebarkan pada teman-teman lainnya.

Kata orang, ini yang disebut informasi dari mulut ke mulut. Cara menyebar informasi dari mulut ke mulut sudah diakui juga sebagai cara pemasaran yang jitu. Kalau konteks yang dibawa itu adalah memasarkan produk atau jasa tentu menyenangkan bagi kita. Tetapi, kalau yang disebarkan adalah informasi kejelekan kita karena hal sepele sudah tentu akan merugikan bisnis kita. Hal-hal kecil, baik yang buruk atau baik, sangat efektif bila disebarkan lewat cara ini.

Bagaimana kalau Anda sekarang mulai memperhatikan hal-hal ini? Tidak perlu waktu khusus sebetulnya untuk melakukannya. Misalnya saat santai, atau ada waktu luang di sela-sela pekerjaan rutin, tidak ada salahnya Anda mulai melihat apa saja hal sepele yang perlu Anda perhatikan. Nah, sekarang bagaimana Anda menilai? Apakah Anda menganggap saya sebagai konsumen yang bawel, atau yang perhatian? Bagaimana Anda menyikapi konsumen seperti saya? Tidak sedikit lho orang yang seperti saya. Jadi, jangan sepelekan hal-hal kecil!

Ir Sri Bramantoro Abdinagoro, MM

Posted by kami aksi lewat buka usaha | di 14.15

0 komentar:

Posting Komentar