The Map Is Not The Territory


Oleh Ubaydillah, AN
Wanita muda itu hampir memutuskan untuk kembali ke perusahaan tempat ia bekerja dulu. Bagaimana tidak, dengan jabatan terakhirnya sebagai seorang Manager di sebuah hotel bintang empat, jalur ke arah pengembangan karir masih sangat terbentang luas dan jelas. Sementara keputusannya untuk menjalankan bisnis di bidang jasa Catering yang ditekuninya saat ini masih berupa tanda tanya besar. Bayangannya tentang dunia wirausaha ketika ia masih bekerja di hotel dulu tiba-tiba terasa sangat jauh dengan apa yang terjadi di lapangan dan dirasakannya saat ini. Semula "map" (peta) yang dipegang menjelaskan bahwa suatu bisnis adalah anda menciptakan produk kemudian pelanggan atau pembeli menukarnya dengan uang lalu dari hasil penukaran tersebut keuntungan diciptakan. Dari akumulasi keuntungan itulah kemudian asset perusahaan ditingkatkan.
Tetapi "territory" (kenyataan) atau fakta berbicara lain. Sudah berbulan-bulan bahkan nyaris satu tahun, usahanya belum menghasilkan transaksi yang melegakan. Bahkan keuntungan transaksi yang sedikit dan masih jarang itu habis untuk menutup biaya tak terduga akibat hambatan-hamabatan teknis seperti: handling complain pelanggan yang kurang efektif, biaya marketing yang kurang terkontrol, produk yang kurang memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan, dsb. Sudah begitu, terkadang ia terpaksa "nombok" ketika tanggal gajian tiba. Pendek kata, ia dihadapkan pada situasi yang serba salah.
Saat ia lupa dengan cita-cita menjadi seorang wirausawan dan pemilik suatu bisnis, terkadang muncul keinginan untuk menghentikan dengan paksa usahanya. Tetapi tiba-tiba ia ingat bahwa cita-citanya untuk menjadi wirausahawan adalah sesuatu yang sudah final; tidak bisa ditawar. Dengan melintasi siklus antara lupa dan ingat dengan cita-citanya, wanita lajang itu terus melakukan sesuatu antara creating customer dan handling jobs serta terkadang meng-istirahatkan diri. Seed of action tetap ia taburkan meskipun tidak membuahkan hasil yang diharapkan pada detik-detik ia membutuhkannya. Hingga suatu saat yang ia lupa tanggalnya, telephone berdering dari seseorang yang ingin mengadakan acara pernikahan sederhana. Ternyata penelpon itu adalah orang yang membaca surat penawaran via facsimile kantor yang dikirim sekian bulan yang lalu. Dari hasil pembicaraan disepakati bahwa seluruh menu yang dipesan tergolong mudah dilayani. Walhasil kepuasan bisa dicapai baik oleh penyedia dan pengguna jasa. Inilah yang disebut “The window of opportunity”.
Dari pengalaman inilah ia memahami “Ilmu pengetahuan khusus” untuk menjalankan bisnis dengan pendekatan improvisasi setapak demi setapak. Memahami bahwa seed of action itu tidak pernah bermakna sia-sia dalam arti yang kasat mata. Memahami bahwa peluang itu datangnya sangat tersembunyi setelah diciptakan persiapan internal yang matang. Memahami bahwa anak tangga yang dipasang oleh Hukum Alam tentang entrepreneurship tidak bisa dilewati melainkan butuh bimbingan untuk mempercepat langkah. Memahami bahwa saat-saat yang masih diliputi kegagalan demi kegagalan dalam menciptakan transaksi yang profitable punya makna sebagai referensi dan memperkokoh postur diri.
Sistem
Cerita wanita muda di atas mewakili sekian banyak umat manusia yang mengawali hidupnya sebagai pejuang gagasan di bidang apapun. Tetapi memang seperti yang dikatakan Alford Korzybski bahwa “ The map is not the territory”. Artinya persepsi anda tentang suatu realitas bukanlah realitas melainkan persepsi itu sendiri. Selamanya pemahaman konseptual tidak pernah tepat seratus persen dengan realitas dunia oleh karena itu gap selalu ada dan gap itulah yang harus anda letakkan ke dalam perspektif tantangan untuk diubah.
Tidak salah jika membangun bisnis diawali dengan persepsi menciptakan produk, menemukan pelanggan atau pembeli, dan menikmati keuntungan. Tetapi di sisi lain begitu mudahnya persepsi itu kabur sehingga tidak segagah seperti pada saat anda merumuskannya di atas kepala, menjadi sekedar human-talk, menjadi harapan yang jauh dari fakta atau dokumen sia-sia. Apa masalahnya?
Kalau merujuk pada cerita wanita muda di atas, maka jelas yang ia butuhkan sebenarnya adalah THE EFFORTS OF FINDING OUT THE SYSTEM THAT WORKS – menemukan suatu sistem yang tepat. Sebagai business owner maka yang dibutuhkan oleh si wanita adalah tindakan bagaimana ia menemukan celah di mana produk makanannya dalam kondisi siap untuk menciptakan benefit bagi pembeli pada saat yang tepat dengan nilai transaksi yang mendatangkan keuntungan dan terjadi secara rutin, predictable atau identified. Inilah yang disebut Sistem.
Jika muncul pertanyaan, mengapa tidak semua pebisnis meraih keuntungan meskipun diperkuat dengan modal besar; mengapa tidak semua kaum professional mandiri dengan professionalitasnya; dan mengapa terkadang masih bisa ditemukan seorang penjual air mineral di sebuah pangkalan Angkutan Kota yang bisa mandiri dengan keadaan hidupnya. Jawabannya tentu saja bukan persoalan kasta intelektual atau akademik, modal, atau lokasi strategis melainkan upaya menabur seed of action yang telah menemukan sistem untuk berbuah dalam bentuk prestasi dan kemandirian. Penjual air mineral yang telah memiliki sistem memahami dengan pasti siapa pelanggannya hari itu, air mineral merek apa yang disukai, dan kapan membeli. Jika ada calon pelanggan baru, ia sudah tahu bagaimana cara menggiringnya supaya membeli produk dagangannya.
Menemukan Sistem
Dalam artikelnya berjudul “The Slight Edge Philosophy”, seperti yang ditayangkan oleh Top Achievement (1998, Gene Donohue, Marlborough NH), Jeff Olson menyebut sistem itu dengan nama “The Slight Edge”, yaitu sebuah sistem tentang kesuksesan yang didasarkan pada akumulasi perbaikan-perbaikan kecil. " It is based on doing things that are easy-little disciplines which done consistently over time, add up to the biggest accomplishments”. Cuma masalahnya, karena sifatnya yang kecil dan gampang dilakukan, maka anda pun puya pilihan yang gampang untuk tidak melakukannya. Apalagi resikonya tidak membahayakan sama sekali. Artinya jika anda memilih tidak melakukan, anda tidak bakal mati atau terganggu hidup anda seketika.
Katakanlah, andaikan wanita muda di atas tidak pernah mengirim facsimile ke kantor orang yang sekarang ini menjadi pelanggannya, tentu saja ia tidak merasakan apapun dari resiko itu. Toh mengirim facsimile atau tidak mengirim hanya dibedakan oleh waktu yang bisa dihitung dengan jumlah menit. Tetapi waktu yang hanya berukuran menit itulah yang sebenarnya menjadi “The Slight Edge” – untuk memulai kesuksesan. Dengan istilah yang berbeda tetapi esensinya sama, Aristotle menyebutnya dengan Kebiasaan (The habit). “We are what we repeatedly do. Excellence, then, is not an act, but a habit." Anda menjadi sosok yang dihasilkan dari apa yang berulang-ulang anda kerjakan. Kesuksesan di bidang apapun tidak pernah dibangun dari tindakan sekali jadi melainkan kebiasaan. Excellency lahir dari kebiasaan yang excellent.
Menurut Jeff Olson, Excellency atau Quality of life, atau apapun bentuknya adalah side effect dari pembenahan kecil dan terus-menerus terhadap empat wilayah berikut:
• Philosophy
• Attitude
• Action
• Result
Philosophy adalah paradigma, pedoman, Ilmu Pengetahuan Khusus yang anda gunakan sebagai jurus untuk bermain di dalam kehidupan ini guna mendapatkan apa yang benar-benar anda inginkan. Dalam urutannya, paradigma merupakan muatan software internal anda yang menjadi sumber utama sebuah sikap dan tindakan. Untuk mencapai Excellent quality of life, maka anda harus menjadikan “The Slight Edge System” sebagai pedoman hidup. Paradigma yang tepat akan membentuk pola sikap yang tepat pula terhadap diri anda, orang lain, dan keadaan dunia pada umumnya dalam kaitan dengan upaya menjadi pejuang gagasan. Sikap yang tidak tepat akan mempercepat keinginan untuk ‘lupa’ dengan gagasan awal anda, mudah putus asa, dan patah. Ketika anda lupa, maka action anda berhenti atau berpindah ke tempat lain. Dengan sendirinya struktur dari kebiasaan anda pudar. Dan pada saat sudah terjadi demikian, anda bisa menjawab sendiri bagaimana result yang dihasilkan.
Pertanyaannya kemudian, apa yang anda butuhkan agar pembenahan yang anda lakukan di empat wilayah di atas terjaga sinergisitasnya dengan keadaan anda dan keadaan dunia. Tak lain adalah knowledge yang menurut Jeff Olson ditemukan sumbernya dari tiga hal:
1. Studied Knowledge
Bacalah materi pengembangan yang sudah ditulis oleh para ahli sesuai kebutuhan anda. Membaca adalah escalator yang memungkinkan untuk mempercepat pemahaman anda tentang manusia dan dunia . Begitu pemahaman sudah anda peroleh lebih dulu ketimbang orang lain, maka pemahaman itu bisa menjadi competitive advantage bagi anda.
2. Activity Knowledge
Sudah jelas bahwa hidup ini merupakan proses oleh karena itu jalan menuju kesuksesan selalu dalam posisi sedang diperbaiki. Kuncinya adalah anda harus melakukan sesuatu yang anda butuhkan. Jangan menunggu sesuatu yang anda butuhkan lalu baru melakukan. Melakukan berarti menyelami territory ke tingkat yang lebih dalam untuk mendapatkan pengetahuan yang lebih dalam. Knowledge oleh sebab itu, is power.
3. Modeled Knowledge
Selain materi yang sudah ditulis oleh para pakar di bidangnya, kehidupan ini masih menyisakan tanda tanya yang tidak tertulis tetapi mempunyai pengaruh konkrit dalam hidup anda. Contoh saja "The Law of Association". Menurut Hukum ini, anda mendapatkan apa yang benar-benar anda inginkan sebanding kurang lebihnya dengan apa yang didapatkan oleh sepuluh orang pertama yang dekat dengan anda. Pepatah lama mengatakan, Jika anda ingin mengetahui seseorang, cukup anda mengetahui dengan siapa ia berteman dan berasosiasi.
Energi
Di luar bagan yang telah dirumuskan oleh Jeff Olson di atas, tidak bisa dipungkiri bahwa anda membutuhkan energi atau "mental fuel" yang berfungsi sebagai mobilisator. Energi itulah yang akan menggerakkan anda ke arah kiblat tertentu yang anda tuju. Energi tersebut meliputi:
1. Konsentrasi
Awalnya semua orang punya bakat alamiah untuk merealisasi apa yang benar-benar diinginkan dari kehidupan ini. Jika kemudian terjadi kenyataan yang sebaliknya, tentu saja sebabnya yang paling utama adalah pilihan konsentrasi. Satu sisi anda punya keinginan untuk maju dengan cita-cita dan gagasan anda tetapi pada sisi lain muncullah keinginan untuk tidak mau melawan virus yang mengajak anda mundur. Keinginan meraih sesuatu versus keinginan menghindar dari sesuatu; keinginan mengingat versus keinginan melupakan.
Semua bentuk konflik keinginan di atas terjadi di dalam diri anda, dan oleh sebab itu konsentrasi anda butuhkan dalam kaitan dengan bagaimana keberadaan anda setiap saat selalu barada di atas garis menuju realisasi gagasan (staying on track). Jika anda tiba-tiba lupa dengan cita-cita anda, cepatlah menarik diri untuk ingat. Gunakan konsentrasi untuk memperpanjang durasi ingatan, maju, dan meraih sesuatu. Buatlah kavling atau pembatas yang jelas agar pikiran bisa bekerja melawan semua distraksi yang akan menjauhkan anda dari keinginan meraih sesuatu. Dalam hal ini memang dibutuhkan pengorbanan untuk melupakan sesutau yang tidak penting yang terkadang setelah anda sadari tidak ada kaitan apapun dengan misi, visi, dan tujuan anda.
2. Komitmen
Komitmen adalah bentuk tanggung jawab anda terhadap cita-cita dan gagasan anda. Berbeda dengan human talk atau keinginan umum yang tidak dipertanggung jawabkan. Sekedar bicara gagasan dan cita-cita, semua orang pasti menyimpan gagasan di kepalanya tentang hal yang enak-enak. Tetapi kenyataannya memperjuangkan gagasan tidak selamanya berhubungan dengan hal yang enak atau tidak enak melainkan mau tidak mau berupa responsible action.
Komitmen terjadi di dalam proses merealisasikan apa yang anda inginkan sementara hal yang enak-enak itu merupakan efek sampingan saja. Di bidang bisnis misalnya, uang adalah efek samping dari benefit yang anda berikan kepada pihak-pihak yang membutuhkan. Kesuksesan adalah daya tarik yang anda ciptakan di dalam diri anda. Tanpa komitmen terhadap The Slight Edge System, sangat mudah bagi anda untuk segera terperangkap dalam pengembaraan asumsi yang terkadang sia-sia di mana anda menghabiskan waktu untuk mencari dan menghindar dari orang lain. Padahal mestinya anda mengeluarkan sesuatu dari dalam diri anda untuk menciptakan benefit bagi orang lain lalu terjadi feedback setimpal bahkan terkadang lebih besar.
3. Integritas
Dalam hubungannya dengan memperjuangkan gagasan, integritas lebih gampang diartikan dengan ukuran cinta dan rasa sayang anda terhadap cita-cita, gagasan, dan keinginan. Dengan kata lain seberapa hebat anda mampu “living with them”. Keluarga Jackson berlatih musik yang dibimbing oleh orang tuanya selama dua puluh enam jam dalam satu hari. Bayangkan, sementara semua manusia hanya memiliki waktu dua puluh empat jam. Memang, awalnya anda harus lebih dulu membangkitkan energi yang membuat anda memiliki integritas terhadap cita-cita dan gagasan anda. Begitu integritas sudah tercipta, andalah yang dibangkitkan.
Inilah rahasia mengapa Edison atau Abraham Lincoln tidak pernah kapok dengan sekian kegagalannya padahal kalau diukur dengan kualitas manusia umum mereka sudah memiliki alasan yang sangat cukup kuat untuk menghentikan eksperimennya. Bukan Edison, Abraham, atau Soekarno yang menyuruhnya untuk maju tetapi mereka telah digerakkan oleh energi intergritas yang tidak mampu dibendung meskipun oleh dirinya sendiri.
Kembali ke perihal “The map is not the territory”, maka jadikan peta itu sebagai guideline. Biarkan ia sebagai bintang yang bersinar. Jangan disobek atau dibuang di tong sampah ketika anda menemukan gap antara the map dan the territory. Karena yang benar-benar anda perlukan adalah menyempurnakannya seiring dengan kemajuan penyelaman terhadap kawasan teritorial. Jagalah agar peta anda tetap akurat sehingga tidak menyesatkan anda ketika hendak dijadikan referensi hidup berikutnya. Semoga berguna. (jp)

Posted by kami aksi lewat buka usaha | di 15.02

0 komentar:

Posting Komentar