Menghilangkan Hambatan-hambatan Diri

Mari kita memainkan sebuah game (permainan). Untuk Anda pembaca yang lain boleh juga mengikutinya. Coba Anda buat dua buah kolom. Kolom pertama Anda beri judul daftar keinginan dan cita-cita Anda. Sedangkan kolom kedua beri judul daftar hambatan-hambatan dari keinginan atau cita-cita Anda tersebut. Anda saya beri waktu 15 menit untuk mendaftarnya. Bagaimana hasilnya?

Saya bisa menjamin kolom hambatan akan terisi lebih banyak dibanding kolom keinginan Anda. Apa artinya? Kebanyakan dari kita selalu berpikir hambatan lebih dahulu. Pertanyaan-pertanyaan: nanti bagaimana? Kalau rugi bagaimana? Kalau produk atau jasa yang ditawarkan tidak laku, bagaimana? Bagaimana mau jalan kalau modal kecil? Nanti takut diledek keluarga, malu menjualnya, dan masih banyak lagi yang tidak akan habis-habisnya.

Itulah kita, terlalu fokus pada hambatan. Yang terpenting kini adalah bagaimana mengubah fokus kita dari hambatan-hambatan melulu ke arah pikiran yang lebih positif, positive thinking (berpikir positif). Mengubah pola pikir memang tidak mudah. Apalagi sebagai manusia kita juga memiliki banyak kekurangan. Seperti Anda, misalnya, yang merasa kurang gaul (introver). Tapi, tidak usah merasa kecewa atau rendah diri. Kejadian ini bukan hanya dialami oleh Anda. Banyak juga teman-teman lain juga mengalaminya.

Pak Bima, menjalankan sebuah bisnis/usaha apalagi usaha sendiri, salah satu kunci suksesnya adalah memiliki banyak teman dan network (jaringan). Dari teman dan jaringan sebetulnya banyak sekali sumber inspirasi dan pengetahuan yang terkait dengan bisnis/usaha dan cita-cita kita. Karena itu, menjalin komunikasi menjadi hal yang penting. Pilihan yang ada cuma dua: mau pilih tetap sebagai Anda yang tidak bergerak dan introver atau dengan gagah berani mewujudkan cita-cita Anda.

Ada nasihat atau refleksi baik dari seorang teman. Dia memiliki bisnis karena dia hobi dan happy (senang) menjalankannya. Dari yang sulit berjualan menjadi seorang yang pandai dan lihai menjajakan barang/produknya. Bercakap-cakap dengannya memperlihatkan bahwa segala yang dibawa dan dipakainya bisa menjadi sesuatu yang berharga dan bisa dijual. ''Nggak laku? Ah, jangan dipikirin. Belum tentu yang lain juga nggak beli..,'' begitu katanya.

Alasan modal dan tidak didukung keluarga merupakan alasan klasik yang selalu diungkapkan oleh seseorang yang ingin mulai berbisnis tapi tidak pernah terwujud. Memang, orang kadang berpikir bahwa memulai usaha harus membutuhkan modal yang besar. Padahal pada kenyataannya modal bukanlah alasan utama. Kita bisa bergerak dengan modal yang kecil. Bukan tidak mungkin, usaha Anda yang ''kecil-kecilan'' akan dilirik beberapa rekan yang membantu Anda mengembangkannya. Yang paling utama sekarang adalah do it! (lakukanlah).

Mulailah bergerak dari sekarang. Akses semua informasi yang Anda butuhkan. Ada bagusnya sambil Anda jalan-jalan ke mal atau ke tempat-tempat usaha, Anda mulai memperhatikan bahkan bertanya pada yang empunya bisnis, bagaimana mereka memulai dan menjalankan bisnis. Mereka dengan senang hati menjelaskannya karena itu merupakan bentuk apresiasi kita padanya. Ir Sri Bramantoro Abdinagoro, MM

Posted by kami aksi lewat buka usaha | di 14.18

0 komentar:

Posting Komentar