Writing Skill - Motivasi Menulis Bagi Kaum Profesional


Skill - Motivasi Menulis Bagi Kaum Profesional.

Keahlian Berkomunikasi (baca: Menulis) Adalah Kunci Keberhasilan Kaum Profesional
"Communication is the most important skill in life."-- Stephen Covey
(Pengarang Seven Habits)
“Reading maketh a full man, conference a ready man, and writing an exact man” – Sir Francis Bacon
(Bapak Ilmu Pengetahuan Modern)
“Writing – the art of communicating thoughts to the mind – is the great invention in the world Great, very great, it enabling us to converse with the dead, the absent, and the unborn, at all distances of time and space, and great not only in its direct benefits, but its great help to all other inventions.” – Abraham Lincoln
(Mantan Presiden Amerika)
“From poetry to letters to stories to laws, we must learn to write in order to participate in the range of experiences available to us as human beings. Our spiritual lives, our economic success, and our social networks are all directly affected by our willingness to do the work necessary to acquire the skill of writing. In a very real way neither our democracy nor our personal freedoms will survive unless we as citizens take the time and make the effort needed to learn how to write.” -- Mantan Senator, Bob Kerry
(National Commission on Writing)
"Kemampuan menulis setiap orang hanya dibatasi oleh imajinasi."-- Ikhwan Sopa
(Kayaknya belon ada yang ngomong begini)
Sebagai profesional, kita dituntut untuk selalu berhubungan dengan pihak lain. Berhubungan dengan pihak lain dilakukan dengan berkomunikasi. Kemampuan berkomunikasi dengan baik, benar, efektif dan efisien adalah tuntutan mutlak bagi kemajuan karir, enterpreneurship dan leadership. Itu sebabnya orang-orang yang punya karir bagus, pengusaha sukses dan para pemimpin besar bisa dipastikan hebat dalam berbicara, menulis, membaca dan mendengar.
Kita bisa memastikan hal itu dengan melihat berbagai fakta sejarah dari orang-orang terkenal. Lihatlah Adolf Hitler, Mussolini, Bung Karno, Bung Hatta, RA Kartini, Fidel Castro, Saddam Husein, Kwik Kian Gie, Gde Prama, Rhenald Kasali, Bondan Winarno atau Hermawan Kertajaya. Itu semua masih terlalu sedikit untuk mewakili semua contoh nyata.
Pidato mereka begitu terkenal, menjadi inspirasi dan didengar oleh banyak orang. Kata-kata mereka menjadi kutipan abadi. Buku, tulisan dan bahkan surat-surat pribadi mereka menjadi best seller sepanjang zaman. Mereka telah membaca begitu banyak literatur dan referensi. Apa yang mereka baca selalu dianjurkan untuk dibaca oleh semua orang lain hanya karena mereka membacanya, dengan harapan kemampuan mereka bisa diwarisi oleh para pengikutnya. Lebih dari itu, mereka adalah orang-orang yang sangat pandai dalam mendengarkan orang lain, situasi dan keadaan. Mereka adalah para ahli dalam berkomunikasi.
Mengapa toko buku tak pernah sepi dari pengunjung? Mengapa sepatah dua patah kata dari para tokoh dan selebriti selalu diharapkan dalam setiap event? Mengapa kursus bahasa Inggris dan ilmu komputer begitu laris? Mengapa iklan di media massa dipandang sebagai cara efektif untuk mendongkrak penjualan? Mengapa narasumber tertentu begitu sibuknya menjawab pertanyaan konsultasi atau memberikan seminar dan pelatihan? Kuncinya adalah fakta bahwa setiap orang secara alamiah sangat menghargai kemampuan berkomunikasi!
Jika kita cermati, kemampuan berkomunikasi dikembangkan dari empat modal pokok yaitu:
- Listening atau mendengar;
- Speaking atau berbicara;
- Reading atau membaca; dan
- Writing atau menulis.
Perhatikan bahwa empat modal dasar di atas tidak pernah berdiri sendiri. Perhatikan pula bahwa urut-urutannya tidak bisa ditentukan dengan ranking. Anda pasti yakin bahwa sekalipun writing atau menulis dalam modal dasar di atas diletakkan di baris akhir, keberadaannya harus tetap merupakan satu kesatuan dengan modal dasar lainnya secara proporsional dan berimbang. Apa yang harus kita lakukan adalah mencapai keseimbangan itu dengan menulis sebanyak kita berbicara, mendengar dan membaca. Anda bisa mencapai apa yang Anda cita-citakan dalam karir, enterpreunership dan leadership hanya jika Anda memiliki bekal yang lengkap. Salah satunya, adalah kemampuan menulis.
Mengapa harus Menulis?
Dalam berkomunikasi lisan, kita menyampaikan ide kepada orang lain. Komunikasi itu hanya akan berjalan dengan baik jika apa yang hendak disampaikan memang bisa tepat sama dengan apa yang dipersepsi oleh pihak penerimanya. Dalam menulis, kata-kata adalah batu bata dalam berkomunikasi yang memiliki fungsi sama. Berbicara kepada anak-anak membutuhkan bahasa lisan yang bisa dimengerti dan dipahami oleh anak-anak. Berbicara kepada orang tua dari kaum profesional menuntut hal yang sama. Begitu pula dengan menulis. Jika Anda sudah berbicara seumur hidup Anda, maka Anda sangat mungkin tidak menghadapi kendala dalam berkomunikasi lisan. Akan tetapi, jika akumulasi aktivitas menulis Anda hanya 3 tahun sementara usia Anda sudah 25 tahun atau lebih, maka Anda sangat mungkin mengalami berbagai kesulitan dalam berkomunikasi secara tertulis. Sebabnya hanya satu, jam terbang Anda dalam menulis masih terhitung rendah. Maka sekali lagi, kita tidak punya pilihan lain kecuali mencoba untuk menulis sebanyak kita membaca, sebanyak kita mendengar dan sebanyak kita berbicara.
Formulir, laporan, proposal, hasil pertemuan, perjanjian, pernyataan, research memo, judicial review dan sebagainya jelas menuntut keahlian menulis yang baik. Itu artinya perlu latihan, brainstorming dan diskusi. Salah satu media latihan yang terbaik adalah menulis di berbagai media seperti jurnal, majalah, surat kabar dan sebagainya atau bahkan menulis buku. Maka, menulis menjadi bagian tak terpisahkan dari profesi seseorang.
Francis Bacon (filsuf Inggris yang disebut sebagai Bapak Ilmu Pengetahuan Modern) mengatakan “reading maketh a full man, conference a ready man, and writing an exact man”. Oleh sebab itu, pengetahuan dan keahlian seseorang akan dapat dikembangkan dengan akurat dan efektif melalui kegiatan menulis dari pada sekedar membaca atau berdiskusi saja.
Ingatlah kembali bagaimana sulitnya Anda saat masih di Taman Kanak-kanak, saat di SD, SMP, SMA atau bahkan di bangku kuliah. Anda telah belajar dengan keras, susah payah atau bahkan menyakitkan. Mulanya Anda hanya dituntut untuk bisa berkata-kata. Kemudian Anda diperkenalkan pada huruf dan simbol. Selanjutnya Anda dituntut untuk selalu membaca. Pada saat yang sama, Anda juga mulai dituntut untuk mulai menulis dan mendengarkan orang lain dengan lebih baik. Memasuki SMP, Anda diharapkan sudah menguasai semuanya.
Sejak saat itu Anda mulai menguasai semuanya. Anda mulai pintar membaca, mendengar orang lain lewat debat dan diskusi, mulai pandai berbicara dan sesekali menulis. SEKALI-SEKALI? Ya Anda hanya menulis sekali-sekali saja! Coba Anda hitung dan bandingkan porsi Anda dalam membaca, mendengar atau berbicara dengan menulis. Anda pasti terkejut bahwa aktivitas menulis Anda tidak akan mencapai 25% dari keseluruhan aktivitas Anda. Dalam banyak hal, pekerjaan menulis laporan atau proposal bahkan sudah menjadi semacam alergi bagi Anda sendiri. Apa yang terjadi?
Yang terjadi sesungguhnya adalah ketidakseimbangan dalam perkembangan kemampuan Anda. Dan dalam hal ini, Anda telah menyia-nyiakan apa yang sudah Anda peroleh sejak kecil dengan mengembangkannya tanpa memperhatikan proporsi. Kemampuan menulis itu penting. Penting bagi karir Anda, penting bagi cita-cita Anda dan penting bagi karakter kepemimpinan Anda.

Posted by kami aksi lewat buka usaha | di 15.00

0 komentar:

Posting Komentar