Menggapai Impian Berwirausaha

Oleh H. Sony Sugema, M.B.A.
SEMANGAT wirausaha jelas bukan baru belakangan ini muncul, tetapi sudah ada sejak peradaban manusia berkembang. Di Indonesia pun begitu, namun tidak dapat dipungkiri jika semangat wirausaha semakin santer terdengungkan sejak negara tercinta ini mengalami krisis ekonomi pada 1997.
Terpaksa. Bisa jadi itulah kata kunci dari pintu gerbang menuju wirausaha. Tidak mesti begitu memang, namun tidak sedikit orang yang mengawali kegiatan wirausahanya karena keterpaksaan keadaan, termasuk penulis sendiri. Bagaimana pun awalnya, apakah karena keterpaksaan atau bukan, keberhasilan wirausaha akan tergantung pada proses yang dilewati pelakunya.
Satu langkah awal yang perlu ditempuh para calon pelaku wirausaha membayangkan mimpi yang akan dibangun. Pikirkan cita-cita dulu, begin from the end. Percayalah, mimpi mampu menggerakkan kekuatan yang ada pada otak untuk menyusun langkah-langkah guna meraih cita-cita itu. Tanpa impian, kebanyakan orang menjadi pasrah dengan keadaan, sangat puas dengan kondisi yang telah mereka raih, sesederhana apa pun kondisi itu.
Mimpi jangan dipandang sebagai kata lain dari pemalas. Justru hanya orang dengan motivasi tinggi yang akan punya banyak impian karena mimpi dapat menjadi sumber energi utama dalam mencapai sebuah tujuan. Namun, mimpi pada akhirnya jangan pula hanya menjadi "bunga tidur" belaka. Karenanya, agar bukan sekadar "bunga tidur" mimpi harus berjalan beriringan dengan ilmu dan kerja keras. Impian dan kerja keras tanpa ilmu ibarat berlayar tanpa nahkoda.
Orang bijak bilang, kita adalah apa yang kita pikirkan. Ketika kita berpikir tidak mungkin mampu berwirausaha maka sebenarnya itulah kecenderungan yang akan terjadi. Sebaliknya, setiap kali kita berpikir mampu melakukannya maka akan ada banyak energi tak terduga yang seakan selalu siap menyemangati untuk terus berusaha. Pikiran kita akan sangat memengaruhi seluruh urat nadi kehidupan kita.
Sekarang, tinggal bagaimana menata mimpi itu. Yakinkan diri bahwa meramal masa depan dapat dilakukan dengan menciptakan masa depan itu sendiri sejak saat ini. Teguhkan hati bahwa dengan seizin Sang Pencipta, tidak ada seorang pun dapat menghalangi mewujudkan mimpi-mimpi. Tuhan tidak akan mengubah nasib suatu kaum jika kamu itu tidak berusaha merubahnya sendiri.
**
Kegiatan wirausaha penting untuk dilakukan tidak hanya karena dapat mengeksplorasi potensi diri tetapi juga mulia karena sangat mungkin membuka lapangan pekerjaan bagi orang lain. Saat krisis ekonomi belum pulih benar, saat jumlah penganggur semakin meningkat, penyedia lapangan kerja salah satu pihak penyelamat bangsa.
Melalui wirausaha, kita sebenarnya telah pula memberi pertolongan kepada diri sendiri dan sesama. Inti semangat saling menolong itulah yang mampu menjadi pertahanan kuat dalam menjalankan kegiatan wirausaha. Sebagai ruang usaha yang berpotensi menyerap tenaga kerja, wirausaha memiliki sederet efek lanjutan positif yang akan terlalu panjang jika disebutkan satu per satu di sini. Jadi, mengapa tidak berwirausaha?
Jawaban atas pertanyaan di atas pun bisa cukup berderet panjang. Apalagi, pendidikan dan budaya yang tumbuh di masyarakat kita tidak condong mendukung perilaku wirausaha. Contoh sederhananya, masih banyak orang yang lebih menghargai pekerjaan di pemerintahan atau kantor-kantor swasta hanya karena status kepegawaiannya mudah terukur.
Arahan orang tua seringkali juga mendorong agar anak cepat mencari kerja setelah menyelesaikan pendidikannya. Sebenarnya, bekerja di tempat orang lain itu dapat pula menjadi salah satu faktor pendorong munculnya semangat wirausaha. Tidak sedikit orang yang setelah memperoleh banyak pengalaman dari satu tempat kerja akhirnya memilih mundur dari tempat kerja tersebut dan memulai usahanya sendiri.
Alasannya bisa karena banyak hal, misalnya karena kurang puas dengan apa yang mereka peroleh di tempat bekerjanya atau mereka tidak bermasalah dengan tempat kerja lamanya namun terpicu untuk lebih mengembangkan dirinya. Artinya, pengetahuan wirausaha bukan hanya berasal dari pendidikan formal.
Pembelajaran otodidak dan pengalaman adalah guru terbaik. Selain itu, diperlukan banyak perenungan untuk memperoleh ide-ide inovasi sehingga pelaku wirausaha mampu menemukan poin pembeda yang bermanfaat sebagai bekal mencapai kesuksesan. Persoalannya, butuh keberanian memulai semua ini. Seorang pegawai kantoran yang berada di posisi yang nyaman tentu membutuhkan keberanian luar biasa untuk berpindah jalur menuju kepastian yang sulit ditebak.
Faktor gengsi juga masih sering dilambungkan sebagian masyarakat sehingga kegiatan wirausaha berskala kecil tidak tampak sebagai sesuatu yang dapat dibanggakan. Bekerja di kantor dengan gedung mewah, seragam kerja berdasi, memiliki status jabatan dan kepangkatan, memperoleh gaji bulanan yang teratur, dianggap lebih bergengsi daripada memiliki usaha sendiri.
**
Bagaimanapun, semua ada harganya. Sebelum siap menantang dinamika wirausaha, ukur dulu sejauhmana Anda siap menderita. Kondisi yang tidak pasti sangat mungkin menimbulkan derita, lalu siapkah Anda bersabar menanggung derita itu? Pelaku wirausaha harus siap berkorban banyak hal karena kegiatan ini mungkin saja menguras tenaga, pikiran, waktu, juga modal dana.
Tetapi pandangan yang mengatakan dibutuhkan modal dana berlimpah untuk memulai wirausaha, bagi penulis merupakan pandangan yang sesat. Tidak selamanya modal dana yang berlimpah akan mendorong suksesnya seseorang berwirausaha. Cukup banyak contoh yang secara tidak langsung telah menceritakan bahwa modal dana bukanlah yang utama.
Intinya tidak terletak pada modal dana, namun pada manusia calon pelaku wirausaha itu sendiri. Lihat dulu seberapa besar mimpi Anda, cek dulu seberapa konsisten tekad Anda, perhatikan dulu seberapa kuat daya tahan Anda menghadapi rintangan. Selebihnya, apakah itu modal, jaringan, pengetahuan manajemen, dan lain-lain, sekadar pelengkap yang bisa dibangun sambil berjalan.
Kumpulkan dulu nyali Anda, bebaskan diri dari "penjara pikiran" yang selama ini mungkin membelenggu Anda, membuat Anda tidak berani memulai wirausaha. Cobaan dan rintangan dalam berwirausaha jelas merupakan sesuatu yang biasa. Tetapi semua pukulan, asal tidak mematikan justru berpotensi semakin menguatkan diri.
Tanpa pengalaman gagal, orang mungkin tidak akan paham benar bagaimana cara menghindari kegagalan itu di masa mendatang. Sekali lagi penulis perlu ingatkan, setelah niat ada, tekad membara, pengetahuan cukup, modal dana tersedia, rencana pemasaran tergambar, masih akan ada satu langkah lagi yang benar-benar sulit ditempuh, yakni memulai.
Seberapa pun bagusnya konsep dan pengetahuan Anda, tetap saja Anda bukan pelaku wirausaha jika tidak memulainya. Jangan sekali-kali merasa bangga jika baru memiliki konsep, dan jangan pernah sedikit pun merasa malu jika gagal berwirausaha. Coba lagi, terus berusaha lagi. Kegagalan manusia yang sesungguhnya adalah tidak pernah berani memulai. Mari berwirausaha!

Posted by kami aksi lewat buka usaha | di 14.55

0 komentar:

Posting Komentar